Sabtu, 27 Februari 2010

Tak Patut Menepuk Dada

Kemenangan Arema atas Persebaya Minggu (21/2) lalu yang sedikit kontroversial masih mengusik pikiran saya. Jika melihat papan skor, sekilas terlihat Singo Edan telah mampu menuntaskan dendam kesumatnya kepada Bajul Ijo atas kekalahan pada pertemuan di paruh musim pertama. Namun jika melihat asal muasal terciptanya gol Arema, timbul pertanyaan dalam benak saya, "Apa pantas bangga memenangkan suatu pertandingan yang ada kecurangan di dalamnya? Mana sisi fair play-nya? Apa guna kata 'fair play' yang selama ini didengung-dengunkan?"
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,...." (83 : 1)
Yang membuat saya heran, mengapa wasit Olehadi tetap memberikan hadiah penalti untuk Arema jika jelas-jelas Ridhuan melakukan diving? Bukankah seharusnya Ridhuan diganjar kartu kuning? Pertanyaan yang 'hanya' mampu dijawab Olehadi sepertinya. Yang jelas saya tak bangga dengan kemenangan Arema ini walau Arema berhasil menjinakkan Persebaya yang notabene adalah musuh bebuyutan. Derby Jatim antara Singo Edan dan Bajul Ijo tensinya sangat tinggi. Untuk pertandingan seperti ini, wasit pun harus bekerja semaksimal mungkin dan profesional. Namun kepemimpinan wasit Olehadi di laga ini jujur saja, sangat mengecewakan menurut saya.
Seharusnya sikap fair play benar-benar harus dijunjung tinggi. Saya bangga pada Arema jika bermain secara bersih dan jujur. Entah itu mesin poin Arema berjalan cepat atau lambat, asal bermain bersih saya tetap bangga terhadap klub kota Malang tersebut.
".... hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa... (5:8)
Semoga kejadian tersebut tak terulang kembali. Lebih baik kalah tapi jujur daripada menang tapi curang. Kemenangan yang berbau kecurangan tak akan pernah menentramkan hati.

Sabtu, 20 Februari 2010

Setan Merah Mengalahkan Setan Merah

Babak 16 besar UCL mempertemukan 2 klub yang tak diragukan lagi kapasitasmya di kompetisi terelit di daratan benua biru tersebut. Nama David Beckham mencuat tatkala hasil drawing mempertemukan dua klub yang sama-sama berjuluk Setan Merah tersebut. Betapa tidak, Beckham adalah mantan pangeran Old Trafford yang kemudian mendarat di Santiago Bernabeu pada tahun 2003. Tentunya laga ini menjadi ajang reuni bagi Beckham. Apalagi sejak tahun 2003, belum sekali pun dia bersua MU.
Namun Milan harus menelan pil pahit di laga 1st Leg babak 16 besar dini hari tadi. Bermain sebagai tuan rumah, Milan harus tertunduk malu karena berhasil dibungkam MU dengan skor tipis 2-3. Tuah Milan yang dalam 52 tahun terakhir tak pernah terkalahkan oleh MU di San Siro patah sudah. Asa Milan sempat membumbung tinggi ketika Ronaldinho berhasil mencetak gol saat pertandingan baru berjalan 3 menit. Namun tampaknya MU enggan menyerah begitu saja. Tak segan mereka membungkam Milan di depan pendukung fanatiknya, Milanisti. 1 gol Paul Scholes dan 2 gol Rooney mempertegas bahwa MU benar-benar ingin membalas dendam akan kekalahan telak di San Siro pada semifinal UCL 2006/2007. 1 gol Seedorf 'hanya' mampu memperkecil ketertinggalan Milan. Tak mampu membalikkan keadaan.
Dalam laga ini memang skuad yang lebih muda yang berjaya. Namun kans Milan untuk lolos ke babak selanjutnya masih ada dengan syarat Milan harus menang dengan selisih 2 gol di Old Trafford. Mampukah Milan? Let's wait and see

Rekor Barca Ternoda

Tak terkalahkan dalam 21 laga tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sebuah tim, tak terkecuali Barcelona. Namun, gerbong tak terkalahkan klub asal Catalan tersebut 'dipaksa' berhenti. Pencapaian fantastis Barca di La Liga musim ini tersebut berhasil dipatahkan oleh Atletico Madrid yang tak lain adalah saudara sekota musuh bebuyutan Barca, Real Madrid. El Azulgrana takluk di kaki Atletico Madrid 1-2 dini hari tadi. Seolah Atletico Madrid ingin 'membantu' saudara sekotanya untuk mempersempit jarak dengan Barcelona, mereka pun tak segan-segan mengalahkan sang juara bertahan. Gap antara El Real dan Barca pun menyusut menjadi 2 poin.
Mempertahankan memang lebih sulit daripada meraih memang. Termasuk mempertahankan suatu rekor. Di samping itu, Barca dipastikan tak akan mampu mengulang pencapaian fantastis musim lalu yakni treble winner karena langkah Barca di Copa del Rey telah terhenti.

Tuntaskan Dendam

Sore ini, pasukan Robert Albert akan bertamu ke kandang Persiba. Misi balas dendam tentunya diusung awak Arema sore nanti. Apa pasal? Persiba adalah satu-satunya klub yang mampu mempermalukan Arema di depan Aremania pada paruh musim pertama. Bisa mempermalukan balik Persiba di depan pendukungnya sendiri tentunya akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Singo Edan. Mampukah Arema? Tak ada yang mustahil. Berbekal kemenangan 2-0 atas PSM tentunya bisa melambungkan mental anak-anak Arema. Apalagi pada laga sebelumnya, Persiba 'hanya' menuai hasil seri. Jika Arema mampu memanfaatkan kondisi ini dengan baik, 3 poin bisa menjadi oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Malang.
Bergabungnya 2 amunisi anyar, Esteban Guillen dan Iswan Karim diharapkan mampu memberi dampak positif bagi Arema. Bravo Ongis Nade!

Keputusan yang Tepat

Publik Inggris beberapa hari kemarin sempat dihebohkan dengan kabar tentang affair John Terry. Kapten Chelsea tersebut terjerat cinta terlarang dengan Vanessa Perroncel yang notabene adalah mantan kekasih Wayne Bridge yang sekaligus rekannya di timnas Inggris. Skandal seks pemain yang biasa disebut JT tersebut harus dibayar mahal. Tak hanya hubungannya dengan Wayne Bridge yang kian memburuk, tetapi Terry harus menelan pil pahit seiring dicopotnya jabatan kapten di timnas Inggris yang sempat melekat di lengannya. Pers Inggris yang terkenal kejam pun sempat memperkeruh suasana.
Menurut saya, keputusan Capello untuk mencopot ban kapten dari lengan Terry sangatlah tepat. Tindakan Terry sudah sangat keterlaluan. Dapat dimaklumi, hal tersebut memang imbas dari kehidupan Terry yang glamour. Tetapi seharusnya dia menyadari bahwa dia tengah mengemban jabatan penting yakni sebagai kapten timnas dan klub. Idealnya, seorang kapten harus mampu menjadi panutan bagi rekan-rekannya dan senantiasa berusaha untuk menjaga nama baiknya agar tidak sampai tercoreng. Tetapi Terry tampaknya lupa akan semua itu ketika nafsu telah membelenggunya. Wibawanya sebagai kapten pun luntur.
Sebagai gantinya, Capello pun menunjuk Rio Ferdinand sebagai skipper The Three Lions. Keraguan publik pun mencuat ke permukaan mengingat predikat bad boy yang melekat pada diri Ferdinand. Beberapa tahun lalu dia pernah mengalami kasus seperti JT yakni skandal seks dan terpergok sedang mabuk-mabukan. Dia pun pernah juga mangkir dari tes doping. Ferdinand wajib melunturkan predikat bad boy yang terlanjur melekat pada dirinya agar bisa menjadi kapten yang benar-benar kapten. Dia harus bisa memberi motivasi kepada teman-temannya agar memiliki tekad yang kuat untuk membawa The Three Lions mencapai prestasi setinggi-tingginya. Apalagi Inggris adalah leluhur sepak bola. Ironis jika melihat negeri asal muasal sepak bola 'hanya' mampu mengoleksi 1 gelar Piala Dunia. Menjadi kampiun PD '10 tentunya menjadi target utama Inggris untuk mengakhiri puasa gelar.

Harapan yang Kian Sirna

Pemerintah sepertinya tak sehati dengan keinginan PSSI agar Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan akbar Piala Dunia 2022. Surat garansi urung diberikan kepada PSSI oleh pemerintah. Padahal surat tersebut perlu dilampirkan ke FIFA untuk mengikuti bidding tuan rumah PD 2022. Namun hingga batas akhir penyerahan berkas (9/2), pemerintah tetap bergeming. Keinginan PSSI agar negeri kita tercinta menjadi tuan rumah dan timnas Merah Putih lolos secara otomatis ke putaran final PD '22 sepertinya akan menguap begitu saja. Tapi tampaknya PSSI ogah menyerah begitu saja. Ada rencana untuk berkoalisi dengan Australia sebagai tuan rumah PD '22.
Kalau saya boleh berpendapat, sebenarnya PSSI terlalu terburu-buru berhasrat untuk menggelar event seakbar Piala Dunia. Oke, 2022 masih 12 tahun lagi. Tapi cobalah tengok sejenak kondisi sepak bola Indonesia yang carut-marut. Kerusuhan supporter, mafia wasit, prestasi timnas yang tak ada bagus-bagusnya, kurangnya regenerasi yang serius di tubuh timnas, banyak klub yang mengalami krisis finansial, jadwal kompetisi terkadang terkesan tak beraturan. Itulah gambaran sepak bola negeri ini. Bukankah sebaiknya memperbaiki elemen-elemen 'kecil' tersebut sebelum bermimpi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia? Yang menjadi sorotan terutama adalah kerusuhan supporter dan prestasi timnas. Jika tak cepat-cepat dibenahi hal-hal tersebut, lama-lama akan menjadi kebiasaan. Bak penyakit akut yang sulit disembuhkan.
Revolusi PSSI pun seharusnya cepat-cepat direalisasikan. Untuk Bapak Nurdin Halid, saya berharap Anda tahu diri. Insan sepak bola negeri ini sangat menginginkan Anda menanggalkan jabatan Anda di otoritas tertinggi sepak bola negeri ini demi kebaikan bersama.
Maju terus sepak bola Indonesia!

Daftar Dosa Para Kapten

Roy Keane (MU & Irlandia) :
Kerap mengeluarkan komentar tajam tentang kebijakan klub, timnas, dan pelatih.
Mematahkan kaki Alf Inge Halaand dan mengakibatkan Halaand pensiun dini.
Gemar mengkritik rekan sendiri.
Berseteru dengan pelatih timnas Irlandia sehingga diusir dari kamp latihan pra PD 2002.

Diego Maradona (Argentina) :
Gagal melewati tes doping dan obat terlarang di Piala Dunia '94 sehingga diskors.
Pernah diskors akibat terbukti mengonsumsi kokain saat masih membela Napoli.

Cuauhthemoc Blanco (Meksiko) :
Temperamental di lapangan.
Sering mengeluarkan pernyataan kontroversial.

Cristiano Ronaldo :
Catatan kedisiplinan buruk, sering mendapat kartu kuning dan merah.
Gaya hidup di luar lapangan kadang memalukan klub.
Beberapa kali ketahuan melakukan pesta seks.

Paul Gascoigne (Newcastle, Inggris) :
Alkoholik.
Sering tertangkap mengemudi sambil mabuk.
Temperamen.

Tony Adams (Arsenal, Inggris) :
Alkoholik.
Sering berkelahi di diskotek dan mengemudi sambil mabuk.

Vinnie Jones (Wimbledon, Wales) :
Rekor kartu kuning tercepat di dunia (3 detik).
Meremas kemaluan Paul Gascoigne.
Temperamen di dalam dan luar lapangan.
Memauat video dokumenter bertajuk The Hard Men, yang berisi cuplikan kekasaran pemain-pemain temperamental di Premier League. Dalam film itu, selain menjadi aktor, dia juga menjadi narator.

Eric Cantona (MU) :
Insiden tendangan kungfu terhadap suporter Crystal Palace.
Temperamen di dalam dan luar lapangan.
Sengaja melempar bola ke arah wasit.
Menghina pelatih timnas Perancis di televisi.
Waktu di Montpeller, dia melempar sepatu ke wajah rekan setimnya, Jean Claude Lemoult.

Paulo Di Canio (West Ham):
Melakukan selebrasi fasis.

John Terry (Chelsea) :
Berselingkuh dengan pacar rekan satu tim di timnas Inggris, yakni Wayne Bridge, yang juga mantan rekannya di Chelsea.

Craig Bellamy (Wales) :
Saat main di Newcastle, dia melempar kursi ke arah pelatih John Carver.

Dikutip dr Jawa Pos Kamis, 11 Februari 2010

Semakin Percaya Diri

Arema sukses melalui laga perdana putaran kedua ISL dengan apik. Yups, kemenangan berhasil Arema persembahkan untuk Aremania. PSM dibuat malu di depan pendukungnya sendiri melalui 2 gol Chamelo Roman. Perjalanan jauh dari Malang ke Makassar pun tak sia-sia. Dahaga kemenangan atas PSM terbayar sudah.
Hasil ini tentunya dapat meningkatkan konfidensi Arema untuk merenggut takhta juara ISL. Tak berlebihan menurut saya target Arema tersebut. Target yang cukup realistis mengingat Arema saat ini tengah bercokol di puncak klasemen sementara dengan selisih 8 poin dengan peringkat kedua. Asal Arema bisa menjaga tren positif, gelar juara ISL bisa jadi tak hanya impian, tetapi bisa menjadi kenyataan. Konsistensi menjadi kunci untuk menaklukkan 16 laga selanjutnya.
Masalah internal rupanya tak begitu memengaruhi mental Arema. Masalah finansial yang tak kunjung usai, tak membuat Arema tampil setengah-setengah dalam mengarungi derasnya arus kompetisi ISL. Sungguh sikap yang sangat dewasa.
Next (14/2) lawan Persiba, semoga Arema bisa menuntaskan dendamnya mengingat Persiba adalah pematah rekor Arema di musim ini. Rekor tak terkalahkan Arema di kandang sendiri berhasil dipatahkan oleh Beruang Madu dengan skor 1-2.
BRAVO AREMA

Senin, 08 Februari 2010

Manis Hilang, Sepah Dibuang

Sungguh tragis nasib Kaka. Karir sepak bola mantan pemain Milan tersebut tengah terancam. Penyakit hernia yang menggerogoti tubuhnya tak bisa disembuhkan kecuali dengan operasi. Namun, operasi tentunya sangat berisiko. Jika gagal, penyakit tersebut akan sulit sembuh dan dengan terpaksa Kaka harus pensiun dini. Hal tersebut sungguh tak diharapkan oleh pebola sekaliber Kaka tentunya.
Ayah Luca tersebut kali pertama menderita penyakit hernia setelah melakoni duel El Classico pada 29 November 2009. Dia pun terpaksa tak melahap menu latihan selama 1 bulan. Kaka sempat girang karena dia dinyatakan telah terbebas dari penyakitnya. Namun tampaknya, penderitaan Kaka tak berakhir begitu saja. Nyatanya, hingga kini suami Caroline Celico tersebut masih merasakan sakit dan harus menjalani perawatan khusus setiap hari.
Problem yang tengah dialami mantan pemain terbaik FIFA 2007 tersebut sangat meresahkan klubnya saat ini, Real Madrid. Kondisi saat ini sungguh kontras dengan suasana awal kedatangan pemain timnas Brazil tersebut. Ketika dikenalkan ke publik Bernabeu setelah dia resmi menjadi penggawa El Real, dia begitu dielu-elukan bak seorang superstar atau seorang pahlawan yang berjasa besar. Namun saat ini, dia hendak 'dibuang'. Kabar terakhir, dia akan dilabuhkan ke Juventus oleh El Real. Sungguh tak ada dalam angan2 Kaka sebelumnya.
Yups, pepatah manis hilang sepah dibuang memang pas untuk kondisi Kaka saat ini. Madrid tak setia terhadap cinta Kaka. Madrid hanya mencintai Kaka ketika dia tengah bersinar dan hendak menghapus Kaka dari memori Madrid ketika sinarnya meredup. Memang, performa Kaka di Madrid tak segemilang performanya di Milan. Madrid seolah membeli barang sisa. Sisa kejayaan Kaka.
Hal yang dialami Kaka tersebut adalah salah satu contoh bahwa kehidupan seperti roda yang tengah berputar. Hal yang berkaitan adalah waktu. Waktu terus berputar dan tak akan pernah kembali. Terkadang dengan terus berputarnya waktu, banyak hal yang terjadi di luar imajinasi kita yang bisa membuat kita bertanya-tanya, "Kok bisa ya?"

Ricardo Kaka' Pictures, Images and Photos

Persamaan Finalis Liga Champions 2008/2009

Sungguh unik mengutak-atik serba-serbi finalis Liga Champions musim ini. Berikut ini persamaan semifinalis Liga Champions 2008/2009.


1.

Appareal Nike

Yupz, appareal MU dan Barca sama-sama Nike. Ini bisa dibilang kesuksesan Nike yang berhasil menempatkan 2 wakilnya di final sehingga tercipta All Nike final dan bisa dipastikan appareal Nike berhasil menjuarai LC 2 kali berturut-berturut dalam 2 musim terakhir. Padahal dalam 6 musim terakhir, belum ada appareal yang berhasil juara LC 2 kali berturut-turut.

2.

1 kartu merah di semifinal

Di semifinal, pemain Barca yakni Erick Abidal terkena kartu merah. Begitupula Fletcher, pemain MU juga terkena kartu merah.

3.

Juara liga masing-masing negara di hari yang sama

Ini mungkin yang masih hangat. Mereka juara di liga masing-masing secara bersamaan yakni pada tanggal 17 Mei 2009.


Itulah tadi persamaan finalis LC musim ini. Bravo SOCCER!

Pelatih Debutan yang Mengagumkan

Ketika Joan Laporta menunjuk Josep 'Pep' Guardiola sebagai pengganti Frank Rijkaard awal musim ini, tak sedikit pun terbesit dalam pikiran saya bahwa Pep bisa sukses di musim pertamanya bersama Barcelona. Jangankan treble winners, untuk dapat merebut trofi liga BBVA dari Real Madrid pun saya tidak yakin.
Tetapi yang terjadi justru di luar dugaan. Pep mampu menjadikan Barca sebagai klub Spanyol pertama yang meraih treble winners. Padahal ini adalah musim perdananya bersama Barca, di samping itu dia juga pelatih debutan untuk klub profesional. Sungguh fantastis bukan? Trofi Liga BBVA, Copa del Rey, dan Liga Champions berhasil diborong Barca musim ini. Itu semua juga tak lepas dari tangan dingin pelatih yang berusia 38 tahun tersebut. Usia yang tergolong muda untuk ukuran pelatih bukan? Dan dia pun berhasil menjadi pelatih termuda yang mampu membawa klubnya menjadi kampiun Liga Champions dalam 49 tahun terakhir.
BARCA Pictures, Images and Photos
Selain itu, kesuksesan Pep menambah daftar pelatih yang juga mampu juara Liga Champions ketika menjadi pemain. Pep membuat insan sepak bola berdecak kagum dan tak henti-henti memujinya karena sukses yang dia torehkan musim ini. Kembangkan terus karirmu, Pep! Jangan berhenti sampai di sini saja!

तुलिसन कपास :D

Senin, 08/02/2010 07:01 WIB

'Putih-Merah' Milan Tanpa Tuah
Doni Wahyudi - detiksport


AFP

Foto Terkait
gb
Rossoneri Kecewa Lagi
Jakarta - Di Liga Champions, AC Milan mengenal maglia fortunata alias jersey pembawa keberuntungan. Tapi keputusan memakai kombinasi kostum Putih-Merah di kandang Bologna sama sekali tak memberi tuah buat Rossoneri.

Terakhir kali maglia fortunata bekerja ampuh buat Milan adalah di final Liga Champions 2007. Diberi status tuan rumah oleh UEFA, Rossoneri memilih seragam kedua (putih-putih) dan memberi kesempatan Liverpool menggunakan seragam kebesaran berwarna merah.

Sebagaimana diketahui, laga tersebut kemudian berkesudahan 2-1 buat Rossoneri. Sepanjang sejarah, itu adalah kali kelima Diavolo Rosso menjuarai Liga Champions dengan seragam putih-putih - meski mereka tercatat dua kali gagal jadi kampiun dengan jersey yang sama.

Terkait laga kontra Bologna malam tadi, Milan juga memakai seragam yang tak biasa di Renato Della`Ara. Tapi bukan maglia fortunata yang dipakai karena Andrea Pirlo cs bukan memakai seragam putih-putih.

Dalam laga yang berkesudahan 0-0 tersebut, Milan bermain menggunakan seragam putih tapi memilih celana berwarna merah. Ini adalah untuk kali pertama kombinasi putih-merah dipilih Rossoneri sejak yang terakhir pada 24 Januari 1999 silam.

Di situs resmi Milan tak dijelaskan apa alasan pemilihan kombinasi seragam yang sudah lama tak dipilih tersebut. Tapi situs La Gazzetta dello Sport menampik kabar yang menyebut pemakaian seragam tersebut terkait alasan-alasan takhayul. Sebagai catatan, di tahun 1999, kali terakhir memakai seragam putih-merah, Milan menjadi juara Seri A bersama pelatih Alberto Zacaroni.

Yang jelas, usai laga, Leonardo malah mengutuki ketidakberuntungan yang memayungi timnya karena punya banyak peluang namun tetap gagal biki gol. ( din / a2s )

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Rekor Baru The Professor

Tanggal 1 Oktober kemarin, 13 tahun sudah Arsene Wenger mengarsiteki the Gunners. 13 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi untuk menangani klub di daratan Inggris yang kompetisinya sangat ketat dan kerap kali klub-klub di negeri Ratu Elizabeth tersebut gonta-ganti pelatih.
Dengan waktu yang bisa dibilang tak singkat tersebut, Wenger pun dikukuhkan sebagai manager terlama Arsenal melewati rekor George Allison (1934-1947). Berbagai gelar prestisius pun berhasil Wenger persembahkan untuk Arsenal seperti 3 gelar EPL, 3 gelar Piala FA, dan pencapain tertinggi the Gunners di Liga Champions ketika berhasil menembus final di musim 2005/2006 walau akhirnya dikalahkan oleh Barcelona. Tak dapat dipungkiri, pelatih ke-24 sepanjang sejarah the Gunners tersebut termasuk salah satu pelatih sukses di Inggris. Pelatih berjuluk The Professor tersebut bahkan disejajarkan dengan Herbert Chapman, pelatih pertama yang membawa Arsenal juara kompetisi level teratas Inggris pada era 1930-an.
Sebenarnya, awal kedatangan The Professor untuk membesut Arsenal dulu sempat menyita perhatian. Bukan karena dia pelatih pertama The Gunners dari luar Inggris, melainkan karena kemampuannya yang masih diragukan. Tetapi pelatih yang melatih klub Jepang Nagoya Grampus Eight sebelum melatih Arsenal tersebut mampu menjawab keraguan banyak pihak dengan membawa klub yang berlambang meriam tersebut fhnis di peringkat ketiga di akhir musim EPL 1996/1997. Setelah itu, prestasi demi prestasi berhasil dia persembahkan untuk klub yang berbasis di London Utara tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, pelatih yang akan berusia 60 tahun pada 22 Oktober mendatang tersebut dikenal sebagai pelatih yang sukses memoles pemain-pemain belia menjadi pemain kelas dunia. Sebut saja Nicolas Anelka, Cesc Fabregas, Kolo Toure, Adebayor, hingga Theo Walcott. Pelatih asal Prancis tersebut pun dijuluki sebagai penyihir pemain muda.
Walau dalam 4 tahun terakhir Arsenal paceklik gelar, tetapi Wenger tetap dipercaya untuk mengarsiteki the young guns. Menurut saya, keputusan Arsenal untuk tetap percaya pada pelatih bertangan dingin tersebut sudah tepat karena kemampuan Wenger untuk menangani pemain-pemain belia tak perlu diragukan lagi.
Lanjutkan terus kiprahmu bersama darah-darah muda Arsenal, Wenger!

Menanti Gol dari Kaki The Hunter

Di bursa transfer musim panas lalu, Huntelaar berhasil didaratkan Milan ke San Siro. Sesuai julukannya 'The Hunter', tentunya pemain berusia 26 tahun tersebut diharapkan mampu memburu gol sebanyak mungkin dan mempersembahkan kemenangan-kemenangan untuk Milan.
Namun tampaknya, pemain yang menggunakan no. punggung 11 tersebut masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan rumah barunya, I Rossoneri. Buktinya, hingga Milan telah melakoni 7 laga di Serie A dan Liga Champions sudah bergulir 2 laga di babak penyisihan grup, The Hunter belum 1 kalipun mempersembahkan gol untuk Milan. Sungguh jauh dari harapan banyak kalangan agar dia menjadi lumbung gol Milan. Performanya pun juga belum memikat.
Milanisti tentunya tidak sabar lagi menanti gol tercipta dari kaki mantan pemain Ajax dan Madrid tersebut. Awal kedatangannya ke San Siro, setumpuk asa dibebankan ke pundaknya agar dia bisa menciptakan gol sebanyak mungkin untuk Il Diavolo Rosso seperti kala dia menjadi andalan Ajax Amsterdam. Selain itu juga untuk mengobati rasa kecewa Milanisti atas hengkangnya Kaka ke Santiago Barnabeu.
Butuh waktu berapa lama lagi bagi The Hunter guna menciptakan gol untuk Rossoneri? Kita tunggu saja.

4 Gol dari 7 Laga

Serie A memang masih bergulir hingga giornata ke-7, tetapi performa Milan sungguh jauh dari harapan. Dari 7 laga yang telah dilakoni, tim besutan Leonardo tersebut 'hanya' mampu mengantongi 9 poin. Il Diavolo Rosso pun hanya memasukkan 4 gol dan kemasukan 7 gol. Sungguh ironis untuk tim sekaliber Milan yang memiliki bomber-bomber kelas dunia seperti Pippo, Pato, Huntelaar, dan Borrielo. Tak ayal, Milan pun merengsek ke posisi 12 klasemen sementara. Memang, masih terlalu dini untuk menilai bahwa Milan akan sulit untuk berbicara banyak di Serie A musim ini mengingat kompetisi masih panjang. Tetapi jika performa Milan dilihat mulai dari hasil pramusim, tampak jelas bahwa sebenarnya Milan dalam masalah besar.
Keluar masuk pemain, pensiun pemain, pergantian pelatih, dan pergantian kapten, memaksa milan untuk tampil dengan 'wajah baru' musim ini. Tampaknya, 'wajah baru' tersebut masih butuh waktu untuk beradaptasi di Serie A.
Milan seolah ingin meyakinkan Milanisti bahwa mereka serius merebut scudetto musim ini dengan mengalahkan Siena pada giornata pertama. Milanisti tentunya belum sepenuhnya yakin dengan performa Milan karena itu masih pekan perdana. Mereka tentunya berharap Milan konsisten meraih hasil positif di laga-laga selanjutnya. Apalagi giornata ke-2 langsung bertemu rival sekota, Inter. Tak perlu ditanya lagi, Milanisti pasti berharap Milanlah pemenang dari derby della madonnina tersebut. Tapi harapan tinggal harapan. Milan dihantam 0-4 oleh I Nerazzuri. Semburat kekecewaan di wajah awak Milan maupun Milanisti tak terbantahkan lagi. Di 5 laga berikutnya, Milan seolah masih terbayang-bayangi mimpi buruk di San Siro tersebut dengan meraih sekali menang, 3 kali seri, dan 1 kali kalah.
Milan harus bergerak cepat untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada jika tidak ingin acap kali mendapat hasil negatif. Menurut saya, belum terlambat karena kompetisi masih panjang. Jika Milan tak bergerak cepat, nirgelar seperti musim lalu, kemungkinan besar akan Milan alami (lagi).

Cepatlah bangkit, Milan!

PEKAN YANG BERAT

Akhir pekan ini, Milan akan menjamu AS Roma di San Siro. 3 hari kemudian, Milan akan bertandang ke markas Real Madrid, Santiago Bernabeu. Tak dapat dipungkiri, 2 laga tersebut adalah laga yang berat bagi Milan. Apalagi Milan belum menemukan performa terbaiknya. Milan seolah kehilangan roh yang membuat kapal I Rossoneri limbung. Banyak faktor penyebabnya. Dampaknya, Milan pun terjerembab ke urutan 12 klasemen sementara Serie A.
Di giornata ke-8 Milan harus meladeni perlawanan sengit Roma terlebih dahulu sebelum terbang ke Madrid. Performa Roma juga menunjukkan perkembangan positif setelah kursi kepelatihan diisi oleh Ranieri menggantikan Spalletti. Dalam beberapa pertemuan terakhir pun Milan sangat kesulitan kala meladeni Roma. Terakhir kali Milan mengalahkan Roma pada 14 Mei 2006.
Setelah rampung meladeni Roma di San Siro, serdadu Milan akan bertempur melawan Los Blancos di matchday 3 Liga Champions. Jika mengacu pada prestasi, 2 klub ini bisa disebut sebagai penguasa Eropa dengan Madrid sebagai pengoleksi terbanya trofi Liga Champions dengan 9 trofi dan Milan menguntit di belakangnya dengan 7 trofi. Sungguh laga yang ditunggu-tunggu oleh pecinta bola. Tetapi jika melihat performa Milan saat ini, Milanisti rupanya mencoba realistis dan tak berharap banyak. Tentunya banyak kalangan akan memprediksi bahwa laga tersebut akan menjadi milik Madrid, apalagi ditambah nilai plus untuk Madrid, yakni bermain di kandang sendiri. Namun Milan janganlah minder. Bisa saja prediksi itu tak terbukti, karena apapun bisa terjadi dalam sepak bola.
Yang patut ditunggu juga dalam partai Madrid vs Milan adalah reaksi Kaka dan Huntelaar. Apakah Kaka akan menghancurkan klub yang telah membesarkan namanya? Apakah Huntelaar akan menuntaskan dendamnya kepada klub yang telah 'membuangnya'? Let's wait and see!

MODAL POSITIF UNTUK LAGA-LAGA SELANJUTNYA

Milan mampu melewati ujian berat di pekan ini dengan sempurna. Euforia di kalangan Milanisti pun tak terbantahkan lagi. Yupz, Senin dini hari lalu, I Rossoneri mampu membungkam tamunya, AS Roma dengan skor 2-1. Dan dini hari tadi (Kamis dini hari), Milan berhasil mengubur Madrid di kandangnya sendiri, Santiago Bernabeu dengan skor 3-2. Uniknya, dalam 2 laga tersebut Milan selalu ketinggalan 1-0 terlebih dahulu dari lawan-lawannya sebelum diakhiri dengan kemenangan. Dua laga ini bisa dibilang laga yang berat bagi Milan mengingat kapasitas lawan-lawannya. Dua laga berat dalam waktu berdekatan. Tak pelak, banyak kalangan yang menyebut bahwa 2 laga inilah titik awal kebangkitan Milan dari keterpurukan di musim ini jika Milan mampu memenanginya.
Saya awalnya tak berani memprediksi bahwa Milan akan mampu mengalahkan Roma dan membungkam Real Madrid mengingat performa Milan yang saat ini sedang labil. Apalagi AS Roma menunjukkan grafik permainan yang meningkat bersama Claudio Ranieri. Sedangkan Real Madrid disesaki oleh pemain-pemain kelas wahid macam CR 9, Kaka, Benzema, Xabi Alonso, Casillas, Sergio Ramos, dan Raul Gonzales. Apalagi laga tersebut dihelat di markas kebesaran Real Madrid, Santiago Bernabeu. Jika dilogika, tak sulit rasanya bagi Madrid untuk mengalahkan Milan mengingat materi pemain Milan yang saat ini bisa dibilang 'kalah kelas' dari materi pemain Madrid. Tetapi kenyataan di lapangan, Milan mampu mementahkan prediksi banyak kalangan. Milan berhasil mengakhiri rekor tak terkalahkan AS Roma dibawah Ranieri dan Milan mampu memberi pelajaran berharga untuk anak-anak asuh Manuel Pellegrini. Selama bola itu bulat, apapun bisa terjadi dalam sepak bola. Rasanya pas sekali
pernyataan tersebut untuk Milan.
Milanisti tentunya berharap, hasil positif ini bisa memperbaiki mental serdadu San Siro dan mereka mampu bermain konsisten untuk meraih hasil-hasil positif di laga-laga selanjutnya agar pintu perebutan gelar juara tetap terbuka lebar untuk Milan

Terus Konsisten, Milan!

Tak dapat dipungkiri, di awal musim ini, performa Milan sungguh jauh dari yang diharapkan. Merengsek ke posisi-12 klasemen sementara pun pernah Milan alami. Tak pelak, kritikan tajam pun sempat terus-terusan menghujam tim asuhan Leonardo tersebut.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, nampaknya Milan mulai menemukan kecocokan dengan Leonardo. Pemain muda seperti Pato juga mulai menunjukkan perkembangan yang berarti. Posisi ke-3 klasemen sementara Serie A pun berhasil Milan tembus untuk pertama kali di musim ini setelah merengkuh kemenangan atas Lazio tadi malam. Milan kini mengantongi 22 poin, selisih 7 poin dari pemuncak klasemen sementara yang merupakan saudara sekota I Rossoneri, Inter Milan.
Sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan. Hadapi kesulitan itu dengan kesabaran. Rasanya pantas sekali pernyataan itu untuk Milan. Setelah sebelumnya terpuruk, perlahan-lahan Milan mampu bangkit. Ini mungkin juga karena buah kesabaran manajemen Milan kepada Leonardo. Manajemen Milan tetap sabar untuk memberi kesempatan kepada pelatih yang awalnya sangat diragukan kapasitas dan durabilitasnya tersebut. Walau isu pemecatan sempat menyeruak, tetapi pelatih asal Brasil tersebut tetap teguh pada pendiriannya untuk membalas rasa percaya manajemen Il Diavolo Rosso atas penunjukan dirinya yang minim pengalaman untuk menahkodai tim sekaliber Milan.
Kemenangan 2-1 atas AS Roma di giornata ke-8 bisa dibilang itulah titik awal kebangkitan Milan. Setelah laga itu, serdadu San Siro belum terkalahkan hingga saat ini baik itu di Serie A maupun Liga Champions. Yang harus dilakukan Milan adalah, terus konsisten untuk meraih hasil positif. Jangan sampai lengah. Jika Milan mampu konsisten terhadap performa apiknya, harapan untuk meraih gelar di musim ini bukanlah mimpi di siang bolong.
FORZA MILAN!

Kompetisi yang Aneh

Bingung. Itulah yang ada dalam pikiran saya ketika mengamati kompetisi kasta tertinggi di Indonesia, ISL. Harapan agar musim ke-2 ini lebih baik dari musim pertama, nampaknya agak sulit untuk terwujud. Kompetisi belum juga separuh jalan, tapi ada hal aneh menurut saya. Jadwal yang aneh. Ada klub yang diliburkan bertanding seperti Persib, Sriwijaya FC, Pelita Jaya, dan Persija. Di saat ada klub yang sudah melakoni 7 laga, tetapi mereka masih melakoni 2 laga. Sungguh selisih pertandingan yang sangat kontras. Jika selisihnya 1 pertandingan, seperti umumnya terjadi di liga-liga Eropa, mungkin masih bisa dimaklumi.
Alasan klub-klub tersebut diliburkan sementara selama kurang lebih 1 bulan adalah karena pemain mereka banyak yang dipanggil oleh Benny Dolo untuk memperkuat timnas merah putih dalam menghadapi Pra Piala Asia 2011.
Menurut saya, seharusnya klub-klub tersebut tidak perlu diliburkan. Tetap berlaga di ISL layaknya klub-klub yang lain. Mereka masih bisa memaksimalkan sisa pemain yang mereka miliki sehingga bisa menambah jam terbang pemain yang mungkin sering menghuni bangku cadangan. Dengan begitu, materi pemain akan menjadi seimbang jika mereka benar-benar bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Toh sama saja dengan menunggu pemain timnas kembali ke klub setelah berlaga di Pra Piala Asia. Pemain-pemain timnas pastinya juga kelelahan setelah membela timnas Indonesia, sedangkan klub-klub tersebut harus berlaga dengan jadwal yang padat untuk mengejar ketertinggalan mereka. Jika mereka tidak pintar-pintar mengatur strategi, terpeleset sedikit, pasti akan berakibat fatal.
Melihat klasemen ISL, saya kadang bingung juga dengan peta kekuatan klub-klub di Indonesia.
Maju terus sepak bola Indonesia!

Sampai Kapan Terus Seperti Ini?

Kerusuhan dan anarkhis seolah bukanlah menjadi hal tabu lagi dalam persepakbolaan Indonesia. Entah itu dilakukan oleh suporter maupun pemainnya sendiri. Mereka seolah tak jemu untuk melakukan tindakan yang sejatinya tak patut untuk dilakukan. Apa sih untungnya dari tawuran? Apa kita akan menjadi beken setelah melakukan tindakan anarkhis? Justru dampak negatif yang malah didapat.
Kerusuhan setelah pertandingan Arema vs Persipura di stadion Kanjuruhan Rabu lalu (9/12) adalah satu dari sekian banyak contoh yang menodai citra persepakbolaan tanah air. Walau tergolong kerusuhan kecil, tetap saja hal tersebut tak sewajarnya untuk dilakukan. Kerusuhan tersebut diawali dari provokasi Aremania kepada pemain-pemain Persipura setelah pertandingan usai. Bahkan tak sedikit Aremania yang turun ke pinggir lapangan dan harus berhadapan dengan aparat keamanan. Parahnya lagi, anak-anak asuhan Jacksen F Tiago terpancing emosinya. Baku hantam botol air mineral pun tak terelakkan. Tak berhenti sampai di situ. "Drama" tersebut berlanjut ke ruang ganti pemain. Pemain-pemain Mutiara Hitam seolah belum puas melampiaskan kekesalannya. Fasilitas ruang ganti pun menjadi sasaran mereka berikutnya.
Sungguh ironis memang melihat fenomena tersebut dan membuat saya tak habis pikir. Kenapa Aremania memprovokasi pemain lawan? Bukankah Arema memenangi laga tersebut? Bukankah Arema juga tengah bercokol di puncak klasemen sementara ISL? Apa yang sebenarnya Aremania cari? Bukankah Aremania sudah pernah mendapat sanksi dari komdis setelah berbuat onar di stadion Brawijaya, Kediri? Tak jerakah engkau Aremania? Bukankah dulu julukan The Best Supporter pernah engkau dapat? Sekarang semua itu lenyap tak bersisa karena akibat dari tingkah lakumu sendiri, Aremania. Jika engkau mengaku Aremania sejati dan cinta Arema sepenuh hati, dukunglah Arema dengan menjujung sportifitas yang tinggi. Jangan malah berbuat anarkhi. Apapun hasil yang Arema peroleh, harus bisa menerima dengan lapang dada dan bersikaplah dewasa. Buat bangga warga Malang!