Sabtu, 27 Februari 2010

Tak Patut Menepuk Dada

Kemenangan Arema atas Persebaya Minggu (21/2) lalu yang sedikit kontroversial masih mengusik pikiran saya. Jika melihat papan skor, sekilas terlihat Singo Edan telah mampu menuntaskan dendam kesumatnya kepada Bajul Ijo atas kekalahan pada pertemuan di paruh musim pertama. Namun jika melihat asal muasal terciptanya gol Arema, timbul pertanyaan dalam benak saya, "Apa pantas bangga memenangkan suatu pertandingan yang ada kecurangan di dalamnya? Mana sisi fair play-nya? Apa guna kata 'fair play' yang selama ini didengung-dengunkan?"
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,...." (83 : 1)
Yang membuat saya heran, mengapa wasit Olehadi tetap memberikan hadiah penalti untuk Arema jika jelas-jelas Ridhuan melakukan diving? Bukankah seharusnya Ridhuan diganjar kartu kuning? Pertanyaan yang 'hanya' mampu dijawab Olehadi sepertinya. Yang jelas saya tak bangga dengan kemenangan Arema ini walau Arema berhasil menjinakkan Persebaya yang notabene adalah musuh bebuyutan. Derby Jatim antara Singo Edan dan Bajul Ijo tensinya sangat tinggi. Untuk pertandingan seperti ini, wasit pun harus bekerja semaksimal mungkin dan profesional. Namun kepemimpinan wasit Olehadi di laga ini jujur saja, sangat mengecewakan menurut saya.
Seharusnya sikap fair play benar-benar harus dijunjung tinggi. Saya bangga pada Arema jika bermain secara bersih dan jujur. Entah itu mesin poin Arema berjalan cepat atau lambat, asal bermain bersih saya tetap bangga terhadap klub kota Malang tersebut.
".... hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa... (5:8)
Semoga kejadian tersebut tak terulang kembali. Lebih baik kalah tapi jujur daripada menang tapi curang. Kemenangan yang berbau kecurangan tak akan pernah menentramkan hati.

Sabtu, 20 Februari 2010

Setan Merah Mengalahkan Setan Merah

Babak 16 besar UCL mempertemukan 2 klub yang tak diragukan lagi kapasitasmya di kompetisi terelit di daratan benua biru tersebut. Nama David Beckham mencuat tatkala hasil drawing mempertemukan dua klub yang sama-sama berjuluk Setan Merah tersebut. Betapa tidak, Beckham adalah mantan pangeran Old Trafford yang kemudian mendarat di Santiago Bernabeu pada tahun 2003. Tentunya laga ini menjadi ajang reuni bagi Beckham. Apalagi sejak tahun 2003, belum sekali pun dia bersua MU.
Namun Milan harus menelan pil pahit di laga 1st Leg babak 16 besar dini hari tadi. Bermain sebagai tuan rumah, Milan harus tertunduk malu karena berhasil dibungkam MU dengan skor tipis 2-3. Tuah Milan yang dalam 52 tahun terakhir tak pernah terkalahkan oleh MU di San Siro patah sudah. Asa Milan sempat membumbung tinggi ketika Ronaldinho berhasil mencetak gol saat pertandingan baru berjalan 3 menit. Namun tampaknya MU enggan menyerah begitu saja. Tak segan mereka membungkam Milan di depan pendukung fanatiknya, Milanisti. 1 gol Paul Scholes dan 2 gol Rooney mempertegas bahwa MU benar-benar ingin membalas dendam akan kekalahan telak di San Siro pada semifinal UCL 2006/2007. 1 gol Seedorf 'hanya' mampu memperkecil ketertinggalan Milan. Tak mampu membalikkan keadaan.
Dalam laga ini memang skuad yang lebih muda yang berjaya. Namun kans Milan untuk lolos ke babak selanjutnya masih ada dengan syarat Milan harus menang dengan selisih 2 gol di Old Trafford. Mampukah Milan? Let's wait and see

Rekor Barca Ternoda

Tak terkalahkan dalam 21 laga tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sebuah tim, tak terkecuali Barcelona. Namun, gerbong tak terkalahkan klub asal Catalan tersebut 'dipaksa' berhenti. Pencapaian fantastis Barca di La Liga musim ini tersebut berhasil dipatahkan oleh Atletico Madrid yang tak lain adalah saudara sekota musuh bebuyutan Barca, Real Madrid. El Azulgrana takluk di kaki Atletico Madrid 1-2 dini hari tadi. Seolah Atletico Madrid ingin 'membantu' saudara sekotanya untuk mempersempit jarak dengan Barcelona, mereka pun tak segan-segan mengalahkan sang juara bertahan. Gap antara El Real dan Barca pun menyusut menjadi 2 poin.
Mempertahankan memang lebih sulit daripada meraih memang. Termasuk mempertahankan suatu rekor. Di samping itu, Barca dipastikan tak akan mampu mengulang pencapaian fantastis musim lalu yakni treble winner karena langkah Barca di Copa del Rey telah terhenti.

Tuntaskan Dendam

Sore ini, pasukan Robert Albert akan bertamu ke kandang Persiba. Misi balas dendam tentunya diusung awak Arema sore nanti. Apa pasal? Persiba adalah satu-satunya klub yang mampu mempermalukan Arema di depan Aremania pada paruh musim pertama. Bisa mempermalukan balik Persiba di depan pendukungnya sendiri tentunya akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Singo Edan. Mampukah Arema? Tak ada yang mustahil. Berbekal kemenangan 2-0 atas PSM tentunya bisa melambungkan mental anak-anak Arema. Apalagi pada laga sebelumnya, Persiba 'hanya' menuai hasil seri. Jika Arema mampu memanfaatkan kondisi ini dengan baik, 3 poin bisa menjadi oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Malang.
Bergabungnya 2 amunisi anyar, Esteban Guillen dan Iswan Karim diharapkan mampu memberi dampak positif bagi Arema. Bravo Ongis Nade!

Keputusan yang Tepat

Publik Inggris beberapa hari kemarin sempat dihebohkan dengan kabar tentang affair John Terry. Kapten Chelsea tersebut terjerat cinta terlarang dengan Vanessa Perroncel yang notabene adalah mantan kekasih Wayne Bridge yang sekaligus rekannya di timnas Inggris. Skandal seks pemain yang biasa disebut JT tersebut harus dibayar mahal. Tak hanya hubungannya dengan Wayne Bridge yang kian memburuk, tetapi Terry harus menelan pil pahit seiring dicopotnya jabatan kapten di timnas Inggris yang sempat melekat di lengannya. Pers Inggris yang terkenal kejam pun sempat memperkeruh suasana.
Menurut saya, keputusan Capello untuk mencopot ban kapten dari lengan Terry sangatlah tepat. Tindakan Terry sudah sangat keterlaluan. Dapat dimaklumi, hal tersebut memang imbas dari kehidupan Terry yang glamour. Tetapi seharusnya dia menyadari bahwa dia tengah mengemban jabatan penting yakni sebagai kapten timnas dan klub. Idealnya, seorang kapten harus mampu menjadi panutan bagi rekan-rekannya dan senantiasa berusaha untuk menjaga nama baiknya agar tidak sampai tercoreng. Tetapi Terry tampaknya lupa akan semua itu ketika nafsu telah membelenggunya. Wibawanya sebagai kapten pun luntur.
Sebagai gantinya, Capello pun menunjuk Rio Ferdinand sebagai skipper The Three Lions. Keraguan publik pun mencuat ke permukaan mengingat predikat bad boy yang melekat pada diri Ferdinand. Beberapa tahun lalu dia pernah mengalami kasus seperti JT yakni skandal seks dan terpergok sedang mabuk-mabukan. Dia pun pernah juga mangkir dari tes doping. Ferdinand wajib melunturkan predikat bad boy yang terlanjur melekat pada dirinya agar bisa menjadi kapten yang benar-benar kapten. Dia harus bisa memberi motivasi kepada teman-temannya agar memiliki tekad yang kuat untuk membawa The Three Lions mencapai prestasi setinggi-tingginya. Apalagi Inggris adalah leluhur sepak bola. Ironis jika melihat negeri asal muasal sepak bola 'hanya' mampu mengoleksi 1 gelar Piala Dunia. Menjadi kampiun PD '10 tentunya menjadi target utama Inggris untuk mengakhiri puasa gelar.

Harapan yang Kian Sirna

Pemerintah sepertinya tak sehati dengan keinginan PSSI agar Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan akbar Piala Dunia 2022. Surat garansi urung diberikan kepada PSSI oleh pemerintah. Padahal surat tersebut perlu dilampirkan ke FIFA untuk mengikuti bidding tuan rumah PD 2022. Namun hingga batas akhir penyerahan berkas (9/2), pemerintah tetap bergeming. Keinginan PSSI agar negeri kita tercinta menjadi tuan rumah dan timnas Merah Putih lolos secara otomatis ke putaran final PD '22 sepertinya akan menguap begitu saja. Tapi tampaknya PSSI ogah menyerah begitu saja. Ada rencana untuk berkoalisi dengan Australia sebagai tuan rumah PD '22.
Kalau saya boleh berpendapat, sebenarnya PSSI terlalu terburu-buru berhasrat untuk menggelar event seakbar Piala Dunia. Oke, 2022 masih 12 tahun lagi. Tapi cobalah tengok sejenak kondisi sepak bola Indonesia yang carut-marut. Kerusuhan supporter, mafia wasit, prestasi timnas yang tak ada bagus-bagusnya, kurangnya regenerasi yang serius di tubuh timnas, banyak klub yang mengalami krisis finansial, jadwal kompetisi terkadang terkesan tak beraturan. Itulah gambaran sepak bola negeri ini. Bukankah sebaiknya memperbaiki elemen-elemen 'kecil' tersebut sebelum bermimpi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia? Yang menjadi sorotan terutama adalah kerusuhan supporter dan prestasi timnas. Jika tak cepat-cepat dibenahi hal-hal tersebut, lama-lama akan menjadi kebiasaan. Bak penyakit akut yang sulit disembuhkan.
Revolusi PSSI pun seharusnya cepat-cepat direalisasikan. Untuk Bapak Nurdin Halid, saya berharap Anda tahu diri. Insan sepak bola negeri ini sangat menginginkan Anda menanggalkan jabatan Anda di otoritas tertinggi sepak bola negeri ini demi kebaikan bersama.
Maju terus sepak bola Indonesia!

Daftar Dosa Para Kapten

Roy Keane (MU & Irlandia) :
Kerap mengeluarkan komentar tajam tentang kebijakan klub, timnas, dan pelatih.
Mematahkan kaki Alf Inge Halaand dan mengakibatkan Halaand pensiun dini.
Gemar mengkritik rekan sendiri.
Berseteru dengan pelatih timnas Irlandia sehingga diusir dari kamp latihan pra PD 2002.

Diego Maradona (Argentina) :
Gagal melewati tes doping dan obat terlarang di Piala Dunia '94 sehingga diskors.
Pernah diskors akibat terbukti mengonsumsi kokain saat masih membela Napoli.

Cuauhthemoc Blanco (Meksiko) :
Temperamental di lapangan.
Sering mengeluarkan pernyataan kontroversial.

Cristiano Ronaldo :
Catatan kedisiplinan buruk, sering mendapat kartu kuning dan merah.
Gaya hidup di luar lapangan kadang memalukan klub.
Beberapa kali ketahuan melakukan pesta seks.

Paul Gascoigne (Newcastle, Inggris) :
Alkoholik.
Sering tertangkap mengemudi sambil mabuk.
Temperamen.

Tony Adams (Arsenal, Inggris) :
Alkoholik.
Sering berkelahi di diskotek dan mengemudi sambil mabuk.

Vinnie Jones (Wimbledon, Wales) :
Rekor kartu kuning tercepat di dunia (3 detik).
Meremas kemaluan Paul Gascoigne.
Temperamen di dalam dan luar lapangan.
Memauat video dokumenter bertajuk The Hard Men, yang berisi cuplikan kekasaran pemain-pemain temperamental di Premier League. Dalam film itu, selain menjadi aktor, dia juga menjadi narator.

Eric Cantona (MU) :
Insiden tendangan kungfu terhadap suporter Crystal Palace.
Temperamen di dalam dan luar lapangan.
Sengaja melempar bola ke arah wasit.
Menghina pelatih timnas Perancis di televisi.
Waktu di Montpeller, dia melempar sepatu ke wajah rekan setimnya, Jean Claude Lemoult.

Paulo Di Canio (West Ham):
Melakukan selebrasi fasis.

John Terry (Chelsea) :
Berselingkuh dengan pacar rekan satu tim di timnas Inggris, yakni Wayne Bridge, yang juga mantan rekannya di Chelsea.

Craig Bellamy (Wales) :
Saat main di Newcastle, dia melempar kursi ke arah pelatih John Carver.

Dikutip dr Jawa Pos Kamis, 11 Februari 2010