Minggu, 28 Juni 2009
Milan Terancam Konflik Internal?
Musim depan bisa dipastikan Milan akan tampil dengan wajah baru. Hengkangnya Ancelotti ke Chelsea, Kaka ke Madrid, dan pensiunnya Maldini serta Cafu, memaksa Milan untuk melakukan revolusi. Leonardo pun ditunjuk untuk menggantikan Carletto. Regenerasi pun menjadi misi utama I Rossoneri musim depan.
Tapi muncul 1 pertanyaan dalam benak saya, mampukah Milan secepat itu melakukan regenerasi sementara Milan masih dijubeli pemain veteran? Memang dalam bursa transfer musim panas ini Milan membidik pemain-pemain muda seperti Dzeko, Cissokho, Hernanes, Adebayor, Cesc Fabregas, dan masih banyak lagi pemain-pemain muda incaran Milan. Tapi sampai sekarang, belum satu pun Milan berhasil memperoleh bidikannya seiring dengan negosiasi yang alot. Tak bisa dipungkiri, banderol pemain muda terus melambung karena mereka bisa menjadi prospek yang tinggi.
Satu hal yang patut diwaspadai oleh Milan jika Milan melakukan regenerasi besar-besaran adalah konflik internal mengingat masih menumpukknya pemain gaek di tubuh Merah Hitam. Dengan adanya regenerasi, berarti pemain veteran harus diminimalisir. Musim depan belum dimulai pun, tampaknya dampak dari rencana regenerasi Milan sudah terasa seperti rumor yang beredar, pemain-pemain senior seperti Andrea Pirlo, Seedorf, Gattuso ingin hengkang ke klub lain. Serta banyak pemain yang menyalahkan kebijakan Milan dalam penjualan Kaka karena Kaka adalah roh Milan. Kewibawaan Leonardo sangat di butuhkan di sini untuk mencari solusi atas kegalauan pemain-pemain tersebut termasuk pemain-pemain yang ingin hengkang. Pasti muncul pertanyaan lagi, mampukah Leonardo mengatasi hal tersebut? Mengingat dia adalah pelatih yang masih muda dan belum teruji kapasitarnya. Jika Leonardo tak mampu, konflik internal pun tak akan terelakkan. Kekhawatiran Milanisti bahwa Milan akan menjadi dua kubu yaitu kubu pemain tua dan kubu pemain muda pun akan menjadi kenyataan. Tetapi jika Leonardo mampu meneladani kesuksesan Guardiola dalam menangani Barca, maka Milan mungkin bisa meraih kejayaannya kembali.
FORZA MILAN
Kejutan-kejutan di Piala Konfederasi 2009
Dua pekan sudah Piala Konfederasi 2009 dihelat di Afrika Selatan. Banyak sekali kejutan yang tercipta di hajatan 4 tahunan FIFA tersebut, diantaranya :
1. Mesir mengalahkan Italia 1-0
Sungguh mengejutkan memang, mengingat Italia datang ke Afrika Selatan dengan predikat juara dunia dan kualitas negeri Pizza tersebut masih di atas Mesir tentunya. Tetapi kenyataannya, Mesir bisa memudarkan keperkasaan Italia seperti kostum Italia yang warnanya biru memudar.
2. USA lolos ke semifinal
USA berada di grup B bersama Italia, Brazil, dan Mesir. Di grup B tersebut, diprediksi Italia dan Brazil yang akan melenggangang ke semifinal. Tetapi di luar dugaan banyak pihak, USA lah yang lolos ke semifinal menemani juara dunia 5 kali, Selecao.
3. USA lolos ke final
Lagi-lagi USA membuat kejutan. Kali ini Spanyol lah yang dibuat terperangah. Unggul 2-0 atas Spanyol di semifinal, USA pun sukses melenggang ke final Piala Konfederasi untuk kali pertama sekaligus menghentikan rekor 15 kemenangan berturut-turut milik La Furia Roja.
Tetapi sayangnya di final, USA gagal menciptakan kejutan untuk ketiga kalinya. Brazil sukses membuat negeri Paman Sam tersebut menangis. Walaupun sempat unggul 2-0 atas Brazil, tetapi tampaknya mental juara Brazil yang berbicara. Dan akhirnya Brazil lah yang berhak menggondol Piala Konfederasi 2009 setelah mengandaskan USA 3-2.
Berikut daftar juara Piala Konfederasi :
1997 : Brazil (Runner-up : Australia)
1999 : Meksiko (Runner-up : Brazil)
2001 : Prancis (Runner-up : Jepang)
2003 : Prancis (Runner-up : Kamerun)
2005 : Brazil ( Runner-up : Argentina)
2009 : Brazil (Runner-up : USA)
1. Mesir mengalahkan Italia 1-0
Sungguh mengejutkan memang, mengingat Italia datang ke Afrika Selatan dengan predikat juara dunia dan kualitas negeri Pizza tersebut masih di atas Mesir tentunya. Tetapi kenyataannya, Mesir bisa memudarkan keperkasaan Italia seperti kostum Italia yang warnanya biru memudar.
2. USA lolos ke semifinal
USA berada di grup B bersama Italia, Brazil, dan Mesir. Di grup B tersebut, diprediksi Italia dan Brazil yang akan melenggangang ke semifinal. Tetapi di luar dugaan banyak pihak, USA lah yang lolos ke semifinal menemani juara dunia 5 kali, Selecao.
3. USA lolos ke final
Lagi-lagi USA membuat kejutan. Kali ini Spanyol lah yang dibuat terperangah. Unggul 2-0 atas Spanyol di semifinal, USA pun sukses melenggang ke final Piala Konfederasi untuk kali pertama sekaligus menghentikan rekor 15 kemenangan berturut-turut milik La Furia Roja.
Tetapi sayangnya di final, USA gagal menciptakan kejutan untuk ketiga kalinya. Brazil sukses membuat negeri Paman Sam tersebut menangis. Walaupun sempat unggul 2-0 atas Brazil, tetapi tampaknya mental juara Brazil yang berbicara. Dan akhirnya Brazil lah yang berhak menggondol Piala Konfederasi 2009 setelah mengandaskan USA 3-2.
Berikut daftar juara Piala Konfederasi :
1997 : Brazil (Runner-up : Australia)
1999 : Meksiko (Runner-up : Brazil)
2001 : Prancis (Runner-up : Jepang)
2003 : Prancis (Runner-up : Kamerun)
2005 : Brazil ( Runner-up : Argentina)
2009 : Brazil (Runner-up : USA)
Rabu, 17 Juni 2009
Ada Apa Denganmu, Milan?
Suasana sedih mungkin masih menyelimuti benak Milanisti karena sang mega bintang, Ricardo Kaka berlabuh ke Santiago Bernabeu. Tak mudah memang untuk merelakan pemain yang telah 6 musim membela Milan tersebut untuk berkostum Los Blancos. Bagaimanapun juga, dia adalah pemain penting di Milan. Lima gelar bergengsi pun berhasil dia persembahkan untuk Milan dan Milanisti.
Tetapi belum kering air mata ini karena kepergian Kaka ke Real Madrid, secara mengejutkan Milan akan menjual Pato dan Pirlo ke Chelse. Kemungkinan juga Seedorf. Mungkin banyak kalangan bertanya-tanya, mengapa Milan justru berani menjual pemain-pemain pentingnya? Seolah-olah Milan melakukan 'cuci gudang pemain pilar'. Biasanya, klub-klub melakukan cuci gudang dengan menjual pemain yang sudah tidak dibutuhkan oleh klub bukan menjual pemain yang menjadi roh bagi klub tersebut.
Milanisti pastinya tidak akan setuju jika Pato, Pirlo, dan Seedorf dijual. Cukup sudah sakit hati karena Kaka dijual.
Milanisti tentunya tak mau meneteskan air mata lagi. Pirlo dan Seedorf adalah pemain yang sangat penting untuk Milan. Bisa dibilang mereka adalah nyawa Milan. Begitu juga Pato, dia adalah aset masa depan Milan karena usianya masig muda dan diharapkan dia membawa Milan berjaya. Tetapi jika Milan menjualnya, secercah harapan tersebut akan sirna tak tersisa.
Kabarnya Milan melakukan semua itu karena terbelit krisis finansial. Saya bertanya-tanya seberapa besar krisis di Milan hingga Milan dengan berani menjual pemain pentingnya? Apakah tidak cukup hanya dengan menjual Kaka saja? Apa Berlusconi tak mampu mencari jalan lain untuk mengatasi masalah ini? Jika sudah tak mampu, mengapa tidak dijual saja Milan ke investor-investor yang mampu secara finansial untuk memiliki Milan. Bukankah beberapa waktu lalu Milan ditawar oleh investor asing. Jika terus-terusan Milan menjual pemain bintangnya, tentunya Milanisti akan sangat kecewa kepada Anda, Berlusconi.
Saya sebagai Milanisti hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Milan. Semoga Milan bisa kembali berjaya. Amin.
FORZA MILAN!!
Tetapi belum kering air mata ini karena kepergian Kaka ke Real Madrid, secara mengejutkan Milan akan menjual Pato dan Pirlo ke Chelse. Kemungkinan juga Seedorf. Mungkin banyak kalangan bertanya-tanya, mengapa Milan justru berani menjual pemain-pemain pentingnya? Seolah-olah Milan melakukan 'cuci gudang pemain pilar'. Biasanya, klub-klub melakukan cuci gudang dengan menjual pemain yang sudah tidak dibutuhkan oleh klub bukan menjual pemain yang menjadi roh bagi klub tersebut.
Milanisti pastinya tidak akan setuju jika Pato, Pirlo, dan Seedorf dijual. Cukup sudah sakit hati karena Kaka dijual.
Milanisti tentunya tak mau meneteskan air mata lagi. Pirlo dan Seedorf adalah pemain yang sangat penting untuk Milan. Bisa dibilang mereka adalah nyawa Milan. Begitu juga Pato, dia adalah aset masa depan Milan karena usianya masig muda dan diharapkan dia membawa Milan berjaya. Tetapi jika Milan menjualnya, secercah harapan tersebut akan sirna tak tersisa.
Kabarnya Milan melakukan semua itu karena terbelit krisis finansial. Saya bertanya-tanya seberapa besar krisis di Milan hingga Milan dengan berani menjual pemain pentingnya? Apakah tidak cukup hanya dengan menjual Kaka saja? Apa Berlusconi tak mampu mencari jalan lain untuk mengatasi masalah ini? Jika sudah tak mampu, mengapa tidak dijual saja Milan ke investor-investor yang mampu secara finansial untuk memiliki Milan. Bukankah beberapa waktu lalu Milan ditawar oleh investor asing. Jika terus-terusan Milan menjual pemain bintangnya, tentunya Milanisti akan sangat kecewa kepada Anda, Berlusconi.
Saya sebagai Milanisti hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Milan. Semoga Milan bisa kembali berjaya. Amin.
FORZA MILAN!!
Tak Takutkah Engkau, Madrid?
Setelah Florentino Perez terpilih kembali menjadi Presiden Real Madrid, Los Galacticos jilid II pun tak terelakkan. Pemain-pemain bintang menjadi buruan Madrid di bursa transfer kali ini. Walau bursa transfer masih separuh jalan, tetapi Madrid sudah berhasil mencuri start sejak awal. Hasilnya, Kaka dan CR 7 pun berhasil didatangkan ke Santiago Bernabeu. Yang tak kalah menakjubkan, CR 7 berhasil memecah rekor pemain termahal dunia yang sebelumnya dipegang oleh Zidane. Tak tanggung-tanggung, 1,3 T pun berani Madrid gelontorkan untuk CR 7. Sungguh angka pembelian yang sangat fantastis, bukan? Hal ini pun memicu pro dan kontra dari berbagai kalangan. Tapi Madrid tetaplah Madrid yang sangat royal dalam hal belanja pemain. Perburuan Madrid tidak berhenti sampai di sini. Sejumlah nama pun sudah masuk daftar untuk menyusul Kaka dan CR 7 untuk berkostum Los Blancos. Tapi ada beberapa hal yang harus diwaspadai atau ditakuti oleh klub asuhan Manuel Pellegrini tersebut, antara lain :
1. Ego Pemain Bintang
Inilah yang harus menjadi fokus utama Madrid. Keegoisan pemain sejalan dengan kebintangan pemain. Pemain bintang terkenal dengan egoisme yang tinggi. Jika hal ini tidak mampu ditangani oleh Manuel Pellegrini, maka jangan harap akan banyak trofi yang mampir ke Santiago Bernabeu. Madrid juga patut untuk belajar dari pengalaman mereka pada tahun 2000-2006 yang mana pada saat itu Madrid terkenal dengan Los Galacticosnya yang juga dipresideni oleh Perez. Pada waktu itu, tak banyak trofi yang diperoleh Madrid walau penuh dengan pemain bintang.
2. Terlilit hutang yang besar
Banyak kalangan yang bertanya-tanya, darimana asal dana yang diperoleh Madrid hingga berani gila-gilaan membeli pemain di transfer kali ini. Mungkin saja uang itu adalah hutang dan berarti Madrid dalam masalah besar, yakni terlilit hutang yang amat fantastis.
3. Kecaman dari Berbagai Pihak
Banyak kalangan yang mengecam kebijakan Madrid tersebut. Klub-klub lain pun sangat murka dengan 'pemborosan' Madrid di saat krisis global seperti saat ini.
Terima Kasih, Kaka
Aku tidak bisa munafik. Sebagai Milanisti, aku sangat sedih atas kepergianmu ke Real Madrid. Bagaimanapun juga kamu adalah pemain yang aku idolakan di Milan. Air mataku pun mengiringi kepergianmu. Mulutku mungkin bisa mengatakan kalau aku sudah merelakanmu, tetapi hati ini tak bisa bohong. Ternyata tetap berat juga menerima keputusan ini. Tapi aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Dengan berat hati aku terima kenyataan pahit ini walau sebenarnya aku belum bisa merelakan kepergianmu.
Rasa terima kasih ingin aku ucapkan padamu, Kaka.
Terima kasih atas jasamu untuk Milan.
Terima kasih karena kamu sangat menghargai Milanisti selama kamu di Milan.
Terima kasih karena bisa menjadi idolaku yang sangat aku banggakan yang bisa aku jadikan tauladan karena kereligiusanmu, kerendahan hatimu, kesetiaanmu, dan kehidupanmu yang jauh dari kesan glamour.
Harus aku akui, aku mengenal Milan karenamu. Aku mengagumimu sebelum aku mengagumi Milan. Karena engkau pemain Milan, aku belajar mengagumi Milan. Ini terjadi tepatnya setelah Piala Dunia 2006. Lambat laun, aku bisa mencintai Milan dengan sesungguhnya. Lambat laun aku akhirnya bisa mencintai Milan tidak hanya karenamu tetapi karena all teams hingga aku menjadi Milanisti seperti sekarang. Terima kasih, Kaka. Jasamu juga besar bagiku. Semoga engkau bahagia di klubmu yg baru.
Tak lupa juga aku ucapkan terima kasih kepada Tuhan karena ini semua atas kehendak-Nya.
FORZA MILANAku tidak bisa munafik. Sebagai Milanisti, aku sangat sedih atas kepergianmu ke Real Madrid. Bagaimanapun juga kamu adalah pemain yang aku idolakan di Milan. Air mataku pun mengiringi kepergianmu. Mulutku mungkin bisa mengatakan kalau aku sudah merelakanmu, tetapi hati ini tak bisa bohong. Ternyata tetap berat juga menerima keputusan ini. Tapi aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Dengan berat hati aku terima kenyataan pahit ini walau sebenarnya aku belum bisa merelakan kepergianmu.
Rasa terima kasih ingin aku ucapkan padamu, Kaka.
Terima kasih atas jasamu untuk Milan.
Terima kasih karena kamu sangat menghargai Milanisti selama kamu di Milan.
Terima kasih karena bisa menjadi idolaku yang sangat aku banggakan yang bisa aku jadikan tauladan karena kereligiusanmu, kerendahan hatimu, kesetiaanmu, dan kehidupanmu yang jauh dari kesan glamour.
Harus aku akui, aku mengenal Milan karenamu. Aku mengagumimu sebelum aku mengagumi Milan. Karena engkau pemain Milan, aku belajar mengagumi Milan. Ini terjadi tepatnya setelah Piala Dunia 2006. Lambat laun, aku bisa mencintai Milan dengan sesungguhnya. Lambat laun aku akhirnya bisa mencintai Milan tidak hanya karenamu tetapi karena all teams hingga aku menjadi Milanisti seperti sekarang. Terima kasih, Kaka. Jasamu juga besar bagiku. Semoga engkau bahagia di klubmu yg baru.
Tak lupa juga aku ucapkan terima kasih kepada Tuhan karena ini semua atas kehendak-Nya.
FORZA MILAN
Rasa terima kasih ingin aku ucapkan padamu, Kaka.
Terima kasih atas jasamu untuk Milan.
Terima kasih karena kamu sangat menghargai Milanisti selama kamu di Milan.
Terima kasih karena bisa menjadi idolaku yang sangat aku banggakan yang bisa aku jadikan tauladan karena kereligiusanmu, kerendahan hatimu, kesetiaanmu, dan kehidupanmu yang jauh dari kesan glamour.
Harus aku akui, aku mengenal Milan karenamu. Aku mengagumimu sebelum aku mengagumi Milan. Karena engkau pemain Milan, aku belajar mengagumi Milan. Ini terjadi tepatnya setelah Piala Dunia 2006. Lambat laun, aku bisa mencintai Milan dengan sesungguhnya. Lambat laun aku akhirnya bisa mencintai Milan tidak hanya karenamu tetapi karena all teams hingga aku menjadi Milanisti seperti sekarang. Terima kasih, Kaka. Jasamu juga besar bagiku. Semoga engkau bahagia di klubmu yg baru.
Tak lupa juga aku ucapkan terima kasih kepada Tuhan karena ini semua atas kehendak-Nya.
FORZA MILANAku tidak bisa munafik. Sebagai Milanisti, aku sangat sedih atas kepergianmu ke Real Madrid. Bagaimanapun juga kamu adalah pemain yang aku idolakan di Milan. Air mataku pun mengiringi kepergianmu. Mulutku mungkin bisa mengatakan kalau aku sudah merelakanmu, tetapi hati ini tak bisa bohong. Ternyata tetap berat juga menerima keputusan ini. Tapi aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Dengan berat hati aku terima kenyataan pahit ini walau sebenarnya aku belum bisa merelakan kepergianmu.
Rasa terima kasih ingin aku ucapkan padamu, Kaka.
Terima kasih atas jasamu untuk Milan.
Terima kasih karena kamu sangat menghargai Milanisti selama kamu di Milan.
Terima kasih karena bisa menjadi idolaku yang sangat aku banggakan yang bisa aku jadikan tauladan karena kereligiusanmu, kerendahan hatimu, kesetiaanmu, dan kehidupanmu yang jauh dari kesan glamour.
Harus aku akui, aku mengenal Milan karenamu. Aku mengagumimu sebelum aku mengagumi Milan. Karena engkau pemain Milan, aku belajar mengagumi Milan. Ini terjadi tepatnya setelah Piala Dunia 2006. Lambat laun, aku bisa mencintai Milan dengan sesungguhnya. Lambat laun aku akhirnya bisa mencintai Milan tidak hanya karenamu tetapi karena all teams hingga aku menjadi Milanisti seperti sekarang. Terima kasih, Kaka. Jasamu juga besar bagiku. Semoga engkau bahagia di klubmu yg baru.
Tak lupa juga aku ucapkan terima kasih kepada Tuhan karena ini semua atas kehendak-Nya.
FORZA MILAN
Ketika Uang dan Sepak Bola Menjadi 2 Hal yang Tak Terpisahkan
Sepak bola di era modern sangat berbeda dengan hakikat sepak bola itu sendiri. Yang terlintas dalam pikiran orang awam, mungkin sepak bola adalah salah satu olah raga yang dapat menyehatkan badan yang membutuhkan bola, 11 pemain, dan wasit. Tetapi pada kenyataannya sekarang sepak bola tidak sesimpel itu. Sepak bola berubah menjadi ladang bisnis dan bisa dibilang bisnis terbesar di dunia khususnya untuk liga-liga di Eropa. Tak heran jika banyak sekali miliarder-miliarder yang tak ragu lagi menggelontorkan uangnya untuk membeli klub sepak bola.
Uang dan sepak bola menjadi dua hal yang tak dapat dipisahkan lagi. Wara-wiri uang sangat kentara ketika bursa transfer tiba. Tak sedikit klub yang rela merogoh koceknya dalam-dalam 'hanya' untuk membeli pemain yang mereka inginkan. Bahkan tak sedikit klub yang ingin pemain hasil bidikan mereka menjadi pemain termahal di dunia. Walaupun kondisi keuangan mereka tak bersahabat, mereka seolah tak peduli, yang penting pemain incaran mereka bisa didapat. Oleh sebab itu tak jarang klub yang terbelit hutang yang selangit.
Saya sungguh dilema menyikapi hal ini. Jika saya lebih suka sepak bola hanya menjadi murni olah raga dan uang tidak ikut campur di dalamnya, maka apa yang akan dipakai untuk menggaji pemain & pelatih, apa yang harus dipakai untuk membeli pemain, apalagi jarang sekali klub yang melakukan 'barter' antar pemain karena harga mereka belum tentu sepadan.
Tetapi jika saya lebih suka sepak bola dan uang menjadi 2 hal yang tak terpisahkan, maka kasihan sekali klub-klub kecil yang minim dana atau kata lainnya miskin. Mereka tentunya kesulitan untuk membeli pemain yang mereka inginkan apalagi pemain berlabel bintang. Tak jarang jika klub-klub kecil yang minim dana hanya sebagai penggembira saja dalam sebuah kompetisi. Mereka tak sanggup untuk berkompetisi memerebutkan trofi juara. Tetapi lain halnya dengan klub-klub besar yang bergelimpang uang. Mereka dengan mudahnya mendapatkan pemain yang mereka harapkan dan mampu berkompetisi untuk memeroleh trofi juara.
Pelatih Baru, Semangat Juga Harus Baru
Milan has a new allenatore. Who is he? Here he is, Leonardo atau lebih lengkapnya Leonardo Nascimento de Araujo menjadi the next manager of AC Milan. Bersamanya, Milan akan memasuki era baru tentunya dengan harapan Milan akan menjadi lebih baik.
Sebagai penerus tongkat estafet dari Ancelotti, Leonardo tentunya ingin lepas dari bayang-bayang pelatih yang selama 8 musim menangani Milan tersebut. Walau bagaimanapun juga, Carletto termasuk salah satu pelatih hebat yang dimiliki Milan karena dia telah berhasil memersembahkan gelar-gelar bergengsi seperti scudetto, trofi UCL, trofi Piala Interkontinental, trofi UEFA Super Cup, trofi FIFA World Club Cup, dll.
Kepergian Don Carlo tidak tanpa meninggalkan celah. PR seabrek pun tentunya sudah menanti Leonardo seperti meminimalisir old crack di tubuh Milan dan menghapus dahaga gelar scudetto yang selama 5 musim melayang dari genggaman Milan. 5 musim tanpa scudetto serasa puasa gelar bagi klub sebesar Milan.
Mungkin keputusan Milan untuk menunjuk Leonardo mengundang tanda tanya besar dari berbagai kalangan. Kiprah pelatih yang sebelumnya juga bagian dari pengurus Milan tersebut sebagai pelatih masih perlu diuji, apalagi untuk menangani klub sekaliber AC Milan.
Saya sebagai Milanisti hanya bisa berdo'a yang terbaik untuk Milan.
Semoga Leonardo bisa memberi yang terbaik untuk Milan serta membawa Milan kembali ke puncak kejayaannya. Dengan begitu, senyum akan terukir kembali di bibir Milan dan Milanisti. Amin.
FORZA MILAN.
Super Messi!!
Musim ini bisa dibilang musim yang indah untuk Messi. Dia mengarungi musim ini dengan fantastis. Treble winners pun berhasil digenggam oleh pemain yang akan berulang tahun pada 24 Juni mendatang. Puncak karirnya di musim ini adalah ketika dia berhasil memersembahkan gelar Liga Champions untuk Barcelona 27 Mei 2009 lalu. Tak hanya itu, gelar top scorer UCL dan man of the match pertandingan final UCL semakin melengkapi torehan manis karir pemain yang dijuluki Messidona tersebut.
38 gol dalam 1 musim adalah pencapaian yang luar biasa bagi seorang gelandang. Pujian setinggi langit pun tak henti-hentinya diucapkan kepada pemain asal Argentina tersebut. Tak heran jika banyak orang yang meramalkan bahwa gelar pemain terbaik FIFA tahun ini akan menjadi milik Messi. Pun begitu gelar Ballon d'Or. Khusus gelar pemain terbaik FIFA tentunya Messi sangat mengharapkannya. Tahun lalu dia berada di posisi runner-up dalam perolehan poin untuk pemain terbaik FIFA. Dan tahun 2007, dia berada di posisi 3 dibawah CR 7 dan Kaka. Akankah tahun ini dia naik ke posisi pertama? Kita tunggu saja.
Tapi Messi tetaplah Messi yang penuh dengan rendah hati walau kesuksesan telah dia raih dan tak henti-hentinya orang-orang mengelu-elukannya. Itulah yang membuat saya sangat mengaguminya. Sebagai Milanisti, ada harapan terselubung dalam benak saya, semoga Messi suatu saat berkostum I Rossoneri. Amiiinn.
38 gol dalam 1 musim adalah pencapaian yang luar biasa bagi seorang gelandang. Pujian setinggi langit pun tak henti-hentinya diucapkan kepada pemain asal Argentina tersebut. Tak heran jika banyak orang yang meramalkan bahwa gelar pemain terbaik FIFA tahun ini akan menjadi milik Messi. Pun begitu gelar Ballon d'Or. Khusus gelar pemain terbaik FIFA tentunya Messi sangat mengharapkannya. Tahun lalu dia berada di posisi runner-up dalam perolehan poin untuk pemain terbaik FIFA. Dan tahun 2007, dia berada di posisi 3 dibawah CR 7 dan Kaka. Akankah tahun ini dia naik ke posisi pertama? Kita tunggu saja.
Tapi Messi tetaplah Messi yang penuh dengan rendah hati walau kesuksesan telah dia raih dan tak henti-hentinya orang-orang mengelu-elukannya. Itulah yang membuat saya sangat mengaguminya. Sebagai Milanisti, ada harapan terselubung dalam benak saya, semoga Messi suatu saat berkostum I Rossoneri. Amiiinn.
'Musim ini sudah berakhir. Aku berhenti berharap'
Itulah yang ada dalam benak saya ketika AC Milan dikalahkan oleh Udinese di giornata ke-36 lalu yang berarti scudetto otomatis menjadi milik Inter Milan karena perolehan poin Inter tidak mampu dikejar lagi oleh pesaing-pesaing terdekatnya. Rasa kecewa, sedih, jengkel pun campur aduk dalam pikiran saya karena satu-satunya gelar yang tersisa yang diharapkan Milan dan Milanisti ternyata lenyap sudah. Harapan untuk melihat Milan mengangkat trofi musim ini pun sirna hanya dalam waktu sekejap.
Musim ini pun dilalui Milan tanpa gelar. Trofi Copa Italia, Piala UEFA, dan Serie-A yang pada awal musim ini menjadi target, tak ada satu pun yang mampir ke tangan Milan. Milanisti tentunya kecewa karena di awal musim, Milan seolah menemukan titik terang ketika Ronaldinho, Sheva, Flamini, dan Senderos didatangkan ke San Siro. Pun begitu David Beckham yang juga didatangkan di paruh musim. Mungkin Flamini dan Senderos sedikit membuat Milan menepuk dada karena mereka bisa menjadi bagian dalam meremajakan tim. Tak heran jika harapan Milanisti setinggi langit. Scudetto pun seolah menjadi barang wajib yang harus didapat musim ini.
Tetapi pada praktiknya, yang terjadi tak sesuai dengan yang diharapkan. Performa Milan tidak konsisten dan cenderung terlambat panas. Alhasil, hampa gelar pun terpaksa Milanisti terima.
Saya sebagai Milanisti berharap Milan lebih baik di musim depan dan menjadikan musim ini sebagai pelajaran untuk mengarungi musim depan.
FORZA MILAN. MILANISTI SELALU MENDUKUNGMU, APAPUN YANG TERJADI!
Yang Tersisa dari Piala UEFA
38 tahun Piala UEFA bergulir, kompetisi antar klub Eropa tersebut akan berganti nama dan format menjadi Europa League. Kabarnya, tujuan UEFA untuk mengubah nama dan format Piala UEFA adalah untuk menaikkan pamor kompetisi yang sering disebut 'kompetisi kelas dua' tersebut.
Berikut data-data yang menarik dan tersisa dari Piala UEFA :
1. Tak satu pun klub Prancis yang pernah menjuarai Piala UEFA.
2. Tujuh edisi final Piala UEFA mempertemukan dua tim dari satu negara, yakni Tottenham v Wolverhampton (Inggris) pada 1972, Eintracht Frankfurt v Moenchengladbach (Jerman) pada 1980, Juventus v Fiorentina (Italia) pada 1990, Inter v AS Roma (Italia) pada 1991, Parma v Juventus (Italia) pada 1995, Inter v Lazio (Italia) pada 1998, dan Sevilla v Espanyol (Spanyol) pada 2007.
3. Henrik Larsson menjadi pencetak gol terbanyak di Piala UEFA sepanjang masa (37 gol).
4. Italia menjadi negara yang klubnya paling sering juara Piala UFA. Inter (3 kali), Juventus (3 kali), Parma (2 kali), dan Napoli (1 kali).
5. Laga paling dramatis terjadi pada 26 September 1989 saat Royal Antwerp (Belgia) melawan PFC Levski Sofia (Bulgari). Laga pertama di Sofia berakhir 0-0. Di laga kedua, tuan rumah Antwerp masih tertinggal 1-3 ketika pertandingan menyisakan 5 menit. Tetapi, Antwerp berhasil mencetak tiga gol untuk membalik keadaan menjadi 4-3.
6. Bek Inter Milan, Giuseppe Bergomi menjadi pemain yang paling banyak tampil di Piala UEFA selama 96 kali.
7. Juergen Klinsmann dua kali tampil di final Piala UEFA dengan tim berbeda, yaitu VfB Stuttgart dan Bayern Muenchen. Klinsmann adalah top scorer sepanjang masa Piala UEFA dalam satu musim dengan koleksi 15 gol.
8. Dua klub Luxemburg mencatat rekor terburuk di Piala UEFA. Red Boys Differdange mencatat rekor kekalahan terbesar saat dilibas Ajax Amsterdam dengan skor 0-14 pada musim 1984/1985. Sedangkan US Rumelange mencatat rekor kalah dengan agregat 0-21 dari Feyenoord (0-9 dan 0-12) pada musim 1972/1973.
(NB : DATA SAYA DAPAT DARI HARIAN JAWA POS, Jumat 22 Mei 2009)
Grazie Maldini!
Waktu terus berputar. Usia pun juga terus bertambah. Yang tua digantikan yang muda. Begitu pula Paolo Maldini. Merasa usianya sudah tidak memungkinkan lagi untuk bermain di kompetisi seketat Serie-A dan kompetisi elit Eropa, dia memutuskan untuk gantung sepatu di akhir musim ini. Segenap Milanisti tentunya tidak akan pernah melupakan jasa-jasa pemain berusia 40 tahun tersebut untuk I Rossoneri.
Berkarir selama 25 tahun (bukanlah waktu yang singkat) bersama Milan, dia berhasil memersembahkan banyak gelar untuk Il Diavolo Rosso. 7 Scudetto, 5 gelar Liga Champions, 1 Copa Italia, 1 FIFA Club World Cup berhasil dia persembahkan untuk Milan. Bukanlah torehan gelar yang sedikit bukan? Apalagi gelar-gelar tersebut cukup bergengsi dan membuat Milanisti tidak akan pernah bisa melupakan jasa-jasanya.
Grazie Maldini. Kami akan terus mengenang jasa-jasamu. Kami menunggu kiprah putramu, Christian Maldini untuk meneruskan kostum no. 3 dan dinasti Maldini.
FORZA I ROSSONERI.
FORZA MALDINI.
Berkarir selama 25 tahun (bukanlah waktu yang singkat) bersama Milan, dia berhasil memersembahkan banyak gelar untuk Il Diavolo Rosso. 7 Scudetto, 5 gelar Liga Champions, 1 Copa Italia, 1 FIFA Club World Cup berhasil dia persembahkan untuk Milan. Bukanlah torehan gelar yang sedikit bukan? Apalagi gelar-gelar tersebut cukup bergengsi dan membuat Milanisti tidak akan pernah bisa melupakan jasa-jasanya.
Grazie Maldini. Kami akan terus mengenang jasa-jasamu. Kami menunggu kiprah putramu, Christian Maldini untuk meneruskan kostum no. 3 dan dinasti Maldini.
FORZA I ROSSONERI.
FORZA MALDINI.
Kebangkitan Sepak Bola Spanyol
Rasa bahagia karena berhasil menggondol trofi Liga Champions 2008/2009 tidak hanya dirasakan oleh FC Barcelona saja tetapi juga negara asal klub tersebut, Spanyol. Negeri matador tersebut tentunya bangga karena wakilnya berhasil menjadi kampiun turnamen antar klub yg sering disebut turnamen terelit di kancah Eropa tersebut setelah mempecundangi wakil Inggris, MU 2-0. Euforia Spanyol ini seakan melanjutkan catatan manis sepak bola Spanyol yang sebelumnya juga berhasil menjadi juara Euro 2008.
Timnas Spanyol yang sebelumnya identik dengan tidak mempunyai mental juara, berhasil merebut trofi Euro 2008 dengan mengalahkan negara-negara besar seperti Italia dan Jerman. Dahaga gelar selama 44 tahun pun terhapuskan oleh gelar ini.
Begitupula Barcelona. Setelah 2 musim kemarin performanya menurun, Barca kembali bangkit lagi. Tak tanggung-tanggung, treble winners pun berhasil direngkuhnya. Menariknya, Barcelona sangat kental dengan aroma Spanyol. Pelatih Barca, Pep Guardiola adalah orang Spanyol. Selain itu, darah Spanish juga mengalir dalam pemain-pemain andalan mereka seperti Xavi Hernandez, Iniesta, Bojan Krkic, Victor Valdes, Carles Puyol, dan masih banyak lagi.
Apakah prestasi persepakbolaan Spanyol hanya berhenti sampai di sini? Patut untuk terus diamati.
Timnas Spanyol yang sebelumnya identik dengan tidak mempunyai mental juara, berhasil merebut trofi Euro 2008 dengan mengalahkan negara-negara besar seperti Italia dan Jerman. Dahaga gelar selama 44 tahun pun terhapuskan oleh gelar ini.
Begitupula Barcelona. Setelah 2 musim kemarin performanya menurun, Barca kembali bangkit lagi. Tak tanggung-tanggung, treble winners pun berhasil direngkuhnya. Menariknya, Barcelona sangat kental dengan aroma Spanyol. Pelatih Barca, Pep Guardiola adalah orang Spanyol. Selain itu, darah Spanish juga mengalir dalam pemain-pemain andalan mereka seperti Xavi Hernandez, Iniesta, Bojan Krkic, Victor Valdes, Carles Puyol, dan masih banyak lagi.
Apakah prestasi persepakbolaan Spanyol hanya berhenti sampai di sini? Patut untuk terus diamati.
Minggu, 07 Juni 2009
Pelatih Debutan yang Mengesankan
Ketika Joan Laporta menunjuk Josep 'Pep' Guardioala sebagai pengganti Frank Rijkaard awal musim ini, tak sedikit pun terbesit dalam pikiran saya bahwa Pep bisa sukses di musim pertamanya bersama Barca. Jangankan treble winners. Untuk dapat merebut trofi liga BBVA dari Real Madrid pun saya tidak yakin.
Tapi yang terjadi adalah di luar dugaan. Pep mampu menjadikan Barca sebagai klub Spanyol pertama yang meraih treble winners. Padahal ini adalah musim pertamanya di Barca, di samping itu dia juga pelatih debutan untuk klub profesional. Sungguh fantastis bukan? Trofi liga BBVA, Copa del Rey, dan Liga Champions berhasil diborong Barca musim ini. Itu semua juga tak lepas dari tangan dingin pelatih yang berusia 38 tahun tersebut. Usia yg tergolong muda untuk ukuran pelatih bukan? Dan dia pun berhasil menjadi pelatih termuda yang mampu membawa klubnya menjadi kampiun Liga Champions dalam 49 tahun terakhir.
Pep membuat insan sepak bola berdecak kagum dan tak henti-henti memujinya karena sukses yang dia torehkan musim ini. Kembangkan terus karirmu, Pep! Jangan berhenti sampai di sini saja!
Tapi yang terjadi adalah di luar dugaan. Pep mampu menjadikan Barca sebagai klub Spanyol pertama yang meraih treble winners. Padahal ini adalah musim pertamanya di Barca, di samping itu dia juga pelatih debutan untuk klub profesional. Sungguh fantastis bukan? Trofi liga BBVA, Copa del Rey, dan Liga Champions berhasil diborong Barca musim ini. Itu semua juga tak lepas dari tangan dingin pelatih yang berusia 38 tahun tersebut. Usia yg tergolong muda untuk ukuran pelatih bukan? Dan dia pun berhasil menjadi pelatih termuda yang mampu membawa klubnya menjadi kampiun Liga Champions dalam 49 tahun terakhir.
Pep membuat insan sepak bola berdecak kagum dan tak henti-henti memujinya karena sukses yang dia torehkan musim ini. Kembangkan terus karirmu, Pep! Jangan berhenti sampai di sini saja!
Langganan:
Postingan (Atom)